Friday 30 August 2013

PALSAPAH HIRUP KI SUNDA. (Bag.2.)

B. Ka darat jadi salebak.

Ungkapan selanjutnya yang menjadi falsafah selengkapnya sebagai berikut:


Ka darat jadi salebak
Tingkatkeun harkat martabat
Ulah poho ka ibadat.

Terjemahan bebasnya:

Ke darat (harus) menjadi satu lembah,
Tingkatkan harkat martabat
Jangan lupa (melaksanakan) ibadat.

Dua kata kunci dalam ungkapan di atas adalah (1) harkat martabat dan(2) Ibadat.

Bahasan kami.

Harkat dan martabat seseorang sangat diperhatikan sekali dalam falsafah ini, di mana leluhur Panjalu menghimbaunya untuk ditingkatkan. Masalahnya, bagaimana cara meningkatkannya dan apa yang dicapai setelah martabat itu ditingkatkan? Itu adalah tantangan bagi kita untuk mencari jawabannya.

Salah satu cara tentunya dengan menambah ilmu pengetahuan agar kita meningkat derajat baik di antara sesama manusia maupun di hadapan Allah s.w.t.

1) Meningkatkan harkat dan martabat.

Salah satu cara adalah dengan menambah ilmu, amal shaleh dan mengerjakan kebaikan-kebaikan lain.

Dari sudut pandang ilmu, Islam terdiri dari dua unsur yaitu: Pengetahuan dan Pengamalan Pengetahuan. Tak seorang manusia pun bisa menjadi Muslim tanpa mengetahui makna dan pengetahuan tentang Islam. Menjadi Muslim bukanlah atas dasar kelahiran, (-tidak ada Muslim Keturunan!), melainkan berdasarkan pengetahuan. Tanpa mengetahui dasar-dasar, azas dan ajaran-ajaran dari Rasulullah s.a.w. bagaimana kita bisa beriman kepadanya dengan benar-benar memahami dan melaksanakan ajarannya semaksimal mungkin? Bagaimana kita bisa menjadi Muslim yang benar?

Oleh karena itu, tidak mungkin seorang Muslim akan tetap dalam keislamannya tanpa memiliki ilmu pengetahuan – tentang Islam dan secara umum. Seseorang yang semata-mata dilahirkan dalam lingkungan Muslim, tidak cukup menjamin bahwa dia adalah seorang Muslim.

Firman Allah:


u÷bÎ*sù x8q_!%tn ö@à)sù àM÷Kn=ór& }Îgô_ur ¬! Ç`tBur Ç`yèt7¨?$# 3 @è%ur tûïÏ%©#Ïj9 (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# z`¿ÍhÏiBW{$#ur óOçFôJn=ór&uä 4 ÷bÎ*sù (#qßJn=ór& Ïs)sù (#rytF÷d$# ( cÎ)¨r (#öq©9uqs? $yJ¯RÎ*sù šøn=tã à÷»n=t6ø9$# 3 ª!$#ur 7ŽÅÁt/ ÏŠ$t6Ïèø9$$Î/ ÇËÉÈ    

Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS-Ali Imran: 20)

Perbedaannya, bahwa orang kafir adalah mereka yang tidak menerima bimbingan Allah sehingga tidak berterima kasih (syukraan) kepada-Nya. Mereka tidak memahami hubungan Allah dengan manusia dan manusia dengan Allah. Karena tidak mengetahui kehendak Allah, orang kafir tidak mengetahui jalan lurus yang harus diikuti dalam kehidupannya.


$tRÏ÷d$# xÞºuŽÅ_Ç9$# tLìÉ)tGó¡ßJø9$# ÇÏÈ   xÞºuŽÅÀ tûïÏ%©!$# |MôJyè÷Rr& öNÎgøn=tã ÎŽöxî ÅUqàÒøóyJø9$# óOÎgøn=tæ Ÿwur tûüÏj9!$žÒ9$# ÇÐÈ   

Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS-Al Fatihah: 6-7)

Jika seorang yang mengaku dirinya Muslim tetapi tidak tahu tentang kehendak Allah, maka tidak bedanya dengan mereka (kafir).

Keberadaan kita akan karunia Allah tergantung daripada pengetahuan kita. Tanpa keimanan, kita tidak bisa memperoleh karunia-Nya. Jika kita tidak berilmu dan berpengetahuan kita tidak akan mendapatkan “porsi” Islam. Karena itu kita harus berikhtiar melawan kebodohan.

Setiap Muslim harus memiliki pengetahuan yang cukup dalam rangka memahami hakikat ajaran-ajaran Islam yang terkandung dalam Al Qur’an .

Jika seseorang penuh dengan ilmu pengetahuan maka Allah menjamin akan mengangkat derajatnya.

Firman Allah:


y7Í´¯»s9'ré& ãNèd tbqãZÏB÷sßJø9$# $y)ym 4 öNçl°; ìM»y_uyŠ yYÏã óOÎgÎn/u ×otÏÿøótBur ×-øÍur ÒOƒÌŸ2 ÇÍÈ   

Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabb-nya dan ampunan serta rezki (ni`mat) yang mulia. (Q.S. Al Anfaal:4)


$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ   

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al Mujadilah: 11)


çm»oY÷èsùuur $ºR%s3tB $Î=tæ ÇÎÐÈ   

Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.(Q.S. Maryam:57)


šÍ´¯»s9'ré& šc÷rtøgä spsùöäóø9$# $yJÎ/ (#rçŽy9|¹ šcöq¤)n=ãƒur $ygŠÏù Zp¨ŠÏtrB $¸J»n=yur ÇÐÎÈ   



Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya,(Q.S. Al Furqaan: 75)

Jelas bahwa harkat, martabat dan derajat akan ditinggikan oleh Allah jika orang itu beriman, bersabar dan berilmu, bahkan akan diberikan penghormatan dan ucapan selamat di surga kelak.

2) Jangan lupa beribadat.

Falsafah ini sangat religius sekali, di mana menjelaskan dan menjabarkan untuk apa sebenarnya manusia ini diciptakan seperti diungkapkan dalam Surat Adz Dzariyat ayat 56 di atas.

Tapi apakah sebenarnya makna ibadah itu?

Pengertian dan pemahaman golongan awalan (Generasi Rasulullah dan Sahabat) dari kaum Muslimin tentang ibadah yang sempurna dan luas serta mendalam, sungguh sangat jauh dan berbeda dibandingkan dengan pemahaman golongan akhirin (generasi sekarang) yang serba sempit dan dangkal.

Pemahaman yang benar tentang konsep ibadah di kalangan golongan awalan kaum Muslimin adalah bahwa ibadah kepada Allah s.w.t. merupakan tujuan penciptaan umat manusia, sebagaimana firman-Nya:


$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ   

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.[Q.S.51:56]

Ayat ini mempunyai makna yang luhur dan mendalam serta mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Ayat ini jelas mengatakan bahwa tujuan penciptaan manusia (dan jin) hanya untuk beribadah kepada Allah.

Dalam aspek inilah manusia seharusnya benar-benar dapat merasakan kebesaran Allah s.w.t. sehingga sebagai hamba mengikuti tujuan ibadah itu dengan sebaik-baiknya. Manusia harus menempatkan dirinya sebagai hamba Allah s.w.t., dan menempatkan Allah dalam Uluhiyyah-Nya dengan beribadah secara ikhkas kepada-Nya serta menghambakan diri kepada-Nya.

Dengan demikian, pengertian ibadah bukan sekedar melakukan syi’ar-syi’ar ‘Ubudiyyah saja, seperti yang dilakukan oleh kebanyakan golongan awalan, karena mereka memahami Islam sekedar bungkusnya saja, tidak dari pengertian Islam yang sebenarnya.

Syi’ar-syi’ar ta’abbudi tidak bisa diartikan sebagai keseluruhan ibadah yang dituntut dari setiap umat manusia. Jika demikian, lalu apa maksud penciptaan manusia menurut firman Allah tadi, hanya beribadah kepada-Ku? Bagaimana mungkin ibadah yang mempunyai arti luas hanya diartikan sebagai syi’ar ta’abbudi?

Berapa banyak waktu kita dihabiskan untuk melaksanakan syi’ar-syi’ar ta’abbudi selama sehari-semalam dalam setahun? Sudah seberapa jauh dilakukan dan menghabiskan waktu berapa tahun dari umur kita sebagai manusia? Kemudian untuk apa sisa umur kita dan sisa kemampuan kita? Digunakan untuk apa dan ke mana perginya? Apakah sisa waktu dan kemampuan kita

digunakan untuk maksud di luar ibadah ataukan untuk ibadah? Jika bukan untuk ibadah, lalu apa arti maksud hidup bagi manusia “beribadah” seperti disebutkan dalam ayat di atas? Bagaimana tujuan ibadah yang diisyaratkan dapat terwujud? Bagaimana mungkin manusia dapat mewujudkan maksud dan tujuan hidupnya tanpa mendapat restu dari Allah s.w.t.?

Sejauh mana manusia beribadah kepada Allah?

Seperti telah dikemukakan di atas, manusia tidak mungkin mewujukan makna ibadah dengan hanya melakukan syi’ar-syi’ar ta’abudi saja, seperti telah diwajibkan oleh Allah dalam melakukan shalat, menunaikan zakat dan menunaikan ibadah haji.

Manusia bukan malaikat, sebab malaikat adalah makhluk ciptaan Allah yang diciptakan dari cahaya, di mana manusia diciptakan dari tanah dan air. Malaikat menghabiskan waktunya siang dan malam bertasbih tiada hentinya.

Firman Allah dalam Surat Al Anbiyaa ayat 19-20:


¼ã&s!ur `tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 ô`tBur ¼çnyZÏã Ÿw tbrçŽÉ9õ3tGó¡o ô`tã ¾ÏmÏ?yŠ$t7Ïã Ÿwur tbrçŽÅ£óstGó¡tƒ ÇÊÒÈ   tbqßsÎm7|¡ç Ÿ@ø©9$# u$pk¨]9$#ur Ÿw tbrçŽäIøÿtƒ ÇËÉÈ   

Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya. [Q.S.21:19-20]

Mereka juga tidak pernah mendurhakai khaliqnya sebagaimana firman Allah dalam Surat At Tahrim ayat 6:

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#yÏ© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ   

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [Q.S.66:6]

Sesungguhnya bahwa seluruh alam bertindak sebagai hamba, mengabdi kepada Rabb-Nya sesuai dengan perintah-Nya, kecuali jin dan manusia yang durhaka, tentu menurut caranya masing-masing, sebagaimana yang ditentukan oleh Allah s.w.t.

ßxÎm6|¡è@ ã&s! ßNºuq»uK¡¡9$# ßìö7¡¡9$# ÞÚöF{$#ur `tBur £`ÍkŽÏù 4 bÎ)ur `ÏiB >äóÓx« žwÎ) ßxÎm7|¡ç ¾ÍnÏ÷Kpt¿2 `Å3»s9ur žw tbqßgs)øÿs? öNßgysÎ6ó¡n@ 3 ¼çm¯RÎ) tb%x. $¸JŠÎ=ym #Yqàÿxî ÇÍÍÈ   

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
[Q.S. Al Israa:44]

Sedangkan manusia yang diciptakan dari segenggam tanah liat dan tiupan ruh Allah, dilengkapi dengan ruh halus, dibentuk dari jasad yang bersifat teguh dan goncang, makan dan minum, kadang lelah dan kadang tidur. Manusia diberi akal dan pikiran untuk memikirkan tuntutan hidupnya, juga berupaya melepaskan diri dari bahaya yang mungkin timbul pada keadaan tertentu.

Manusia tidak akan mampu beribadah kepada Allah s.w.t. seperti yang dilakukan oleh malaikat yang tidak mempunyai kesibukan lain selain bertasbih dan menuruti perintah Allah s.w.t.

Seandainya Allah s.w.t. memberikan taklif kepada manusia berupa ibadah seperti malaikat, tentu Allah juga akan memberikan kemampuan kepada manusia seperti kemampuan yang dimiliki malaikat. Dengan rahmat-Nya, Allah tidak menuntut manusia kecuali sebatas kemampuannya. Beliau menjadikan ibadah sebagai kewajiban bagi makhluk-Nya, sesuai dengan pembawaan dan batas kemampuan masing-masing sifat wujudnya.

Ibadah itu tidak meyiksa dan tidak menyusahkan dan membebani kecuali sesuai dengan kemam-puannya, sehingga ia benar-benar memenuhi keberadaannya secara menyeluruh dan usianya pun diisi dengan taklif sampai maut menjemputnya. Tak ada perbuatan kecuali dalam kerangka ibadah. Walaupun demikian manusia harus berusaha untuk melaksakan ibadah itu secara ikhlas dan sepenuh hati sesuai dengan apa yang terungkap dalam Surat Al An’am ayat 162-163:


ö@è% ¨bÎ) ÎAŸx|¹ Å5Ý¡èSur y$uøtxCur ÎA$yJtBur ¬! Éb>u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊÏËÈ   Ÿw y7ƒÎŽŸ° ¼çms9 ( y7Ï9ºxÎ/ur ßNöÏBé& O$tRr&ur ãA¨rr& tûüÏHÍ>ó¡çRùQ$# ÇÊÏÌÈ   

Katakanlah: "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". 
[Q.S. Al An’am:162-163]

Demikianlah masalah ibadah yang ditekankan dalam wangsit Panjalu: Jangan Lupa Beribadah!

Sydney, 30 Agustus 2013,
Ki Dr. H. Ihwan Natapradja.