Wednesday 11 September 2013

BEKERJA DAHULU BARU MEMINTA.

MEMAKNAI SURAT KELIMA

DALAM

SURAT AL FATIHAH

MAKNANYA:



"JANGANLAH MEMINTA UPAH DAHULU, SEBELUM KITA BEKERJA. JANGANLAH BEKERJA SESUATU ITU HANYA DIKARENAKAN AKAN ADA UPAH, TETAPI KALAU KITA BEKERJA DENGAN BAIK, INSYA ALLAH UPAH ITU DENGAN SENDIRINYA AKAN DATANG."


wassalatu wassalamu 'ala Rasulullah ,wa ala ahlihi waashbihi wamauwallah. Asyhadu ala illaha ilallahu wahdahula syarikallah,

wa ashadu ana Muhammadan abduhu warasuluh.

Allohuma ya wahidu, ya ahadi ya wajidu ya jawad,

washoli wa salim wabarik ala sayidina Muhammad, wa 'ala ali Muhammad.

Qulillahi fil Quranul Adzim:

Pada kali ini saya mencoba memaknai ayat yang kelima daripada Surat Al Fatihah yang dalam terjemahannya berbunyi:

Éx$­ƒÎ) ßç7÷ètR y$­ƒÎ)ur ÚúüÏètGó¡nS ÇÎÈ    

Hanya Engkaulah*) yang kami ibadati, dan hanya kepada Engkaulah*) kami meminta pertolongan.

Catatan :

Kata ”Engkau” di sini bukan terjemahan saya, tapi kata-kata para penterjemah Al Qur’an yang telah direstui oleh Deprtemen Agama. Coba simak semua terjemahan Al Qur’an dalam bahasa Indonesia, semua menggunakan kata ”Engkau” dengan huruf besar, untuk menyatakan Allah (atau kata ketiga dengan istilah ”Dia”).

Karena saya merasa tidak sopan, mengatakan kata ”Engkau” kepada Yang Maha Agung, maka dalam bahasan-bahasan, atau tulisan-tulisan saya, saya tidak akan menggunakan kata ”Engkau” bagi Allah, seandainya ada kata yang lebih baik daripada ”Engkau” maka akan saya gunakan.

Pertanyaan saya: mengapa kita selalu mengatakan ”Beliau” bagi Nabi Muhammad, suatu kata yang sangat sopan dan santun, tetapi mengatakan ”Dia” kepada Allah. Mengapa kita mengatakan Paduka dan Baginda kepada Kepala Negara, tetapi cukup ”Dia” dan ”Engkau” kepada Allah? Mengapa kita tidak berusaha mencari kata yang lebih sopan daripada ”Engkau” dan ”Dia”. Ini hanyalah sekedar catatan saya.

Baiklah saya lanjutkan kajian ini kepada pokok tema, yaitu memaknai ayat kelima.

Pada intinya ini adalah suatu pernyataan atau ikrar dari seorang Muslim bahwa ia lepas dari kemusyrikan, tidak syirik dan tidak mempersekutukan Allah dengan siapa pun dan apapun.

Ada dua kata kunci yang terdapat pada ayat ini yaitu na’budu dan nastain.

1) Na'budu diambil dari kata 'ibadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Rabb yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.

Ayat kelima ini dijabarkan oleh berbagai macam ayat-ayat yang terdapat pada surat-surat lain dalam Al Qur’an.

Tentunya ikrar ini adalah suatu fitrah bagi manusia karena memang manusia itu diciptakan Allah SWT hanya dengan kewajiban atau tugas yaitu beribadah atau mengabdi kepada Allah semata, ini dinyatakan dalam ayat berikut ini:

$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
   

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Az Zariyat: 56)

Dengan demikian segala perilaku Muslim yang sesuai dengan program, skenario dan tata-cara yang dituntun oleh Allah melalui Rasul-Nya adalah termasuk ”beribadah”.

Mengapa HANYA KEPADA ALLAH?

Karena memang hanya ada SATU yang wajib diibadati yaitu Allah, ini dinyatakan dalam Surat Al Ikhlas:

ö@è% uqèd ª!$# îymr& ÇÊÈ   ª!$# ßyJ¢Á9$# ÇËÈ   öNs9 ô$Î#tƒ öNs9ur ôs9qムÇÌÈ   öNs9ur `ä3tƒ ¼ã&©! #·qàÿà2 7ymr& ÇÍÈ   


1. Katakanlah: "Allah-lah, Yang Maha Esa.

2. Allah adalah Rabb yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

3. Yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan,

4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya."

Karena hanya ada satu dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Allah, maka jelas tidak ada yang wajib disembah dan diibadati kecuali ALLAH. Di sinilah ikrar manusia dinyatakan dalam setiap shalat dengan perkataan:

Kepada –Allah- kami beribadah

Apa lagi dalam beberapa ayat yang lain Allah memberi tuntunan kepada kita baik secara langsung melalui Rasulullah atau melalui kisah-kisah para nabi lainnya, agar manusia TIDAK MEMPERSEKUTUKAN ALLAH dan HANYA ALLAH yang wajib disembah.

Firman Allah:

¨`tBur õ8ÎŽô³ç «!$$Î/ ôs)sù ¨@|Ê Kx»n=|Ê #´Ïèt/ ÇÊÊÏÈ   

Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (An Nisa’:116)

Nasihat Luqman kepada putranya:

øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ   
    
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Luqman: 13)

Berpuluh-puluh ayat lainnya menyatakan bahwa pebuatan syirik (mempersekutukan Allah) adalah dosa besar yang tidak dapat diampuni.

¨bÎ) ©!$# Ÿw ãÏÿøótƒ br& x8uŽô³ç ¾ÏmÎ/ ãÏÿøótƒur $tB tbrߊ y7Ï9ºsŒ `yJÏ9 âä!$t±o 4 `tBur õ8ÎŽô³ç «!$$Î/ Ïs)sù #uŽtIøù$# $¸JøOÎ) $¸JŠÏàtã ÇÍÑÈ   

Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
(An Nisa’: 48)

Dan dosa mempersekutukan Allah dengan sesuatu tidak akan diampuni-Nya:

¨bÎ) ©!$# Ÿw ãÏÿøótƒ br& x8uŽô³ç ¾ÏmÎ/ ãÏÿøótƒur $tB šcrߊ šÏ9ºsŒ `yJÏ9 âä!$t±o 4 `tBur õ8ÎŽô³ç «!$$Î/ ôs)sù ¨@|Ê Kx»n=|Ê #´Ïèt/ ÇÊÊÏÈ   

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan-Nya, dan (Allah) mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (An Nisa’: 116)

Demikianlah beberapa ayat yang menjabarkan ayat

Kepada –Allah- kami beribadah


2) Nasta'in (minta pertolongan), terambil dari kata isti'anah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.

Maka ayat:

dan hanya kepada Allah kami meminta pertolongan.

Dijabarkan pula oleh beberapa ayat yang terdapat pada surat-surat lainnya dalam Al Qur’an. Ikrar ini memperkukuh ikrar pertama hanya kepada Allah kami beribadah, maka jika demikian SUDAH PASTI HANYA KEPADA ALLAH PULA KAMI MEMOHON segala sesuatu. BUKAN KEPADA SESUATU ATAU SIAPA PUN SELAIN DARIPADA ALLAH.

Ayat-ayat yang memperkuat ikrar ini antara lain:

bÎ) ãNä.÷ŽÝÇZtƒ ª!$# Ÿxsù |=Ï9$xî öNä3s9 ( bÎ)ur öNä3ø9äøƒs `yJsù #sŒ Ï%©!$# Nä.çŽÝÇZtƒ .`ÏiB ¾ÍnÏ÷èt/ 3 n?tãur «!$# È@©.uqtGuŠù=sù tbqãYÏB÷sßJø9$# ÇÊÏÉÈ   
Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan, maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada ALlah saja orang-orang mukmin bertawakkal. (Ali Imran: 160)

Kemudian kita harus yakin betul bahwa pertolongan Allah itu pasti adanya dan amat dekat:

÷Pr& óOçFö6Å¡ym br& (#qè=äzôs? sp¨Yyfø9$# $£Js9ur Nä3Ï?ù'tƒ ã@sW¨B tûïÏ%©!$# (#öqn=yz `ÏB Nä3Î=ö6s% ( ãNåk÷J¡¡¨B âä!$yù't7ø9$# âä!#§ŽœØ9$#ur (#qä9Ìø9ãur 4Ó®Lym tAqà)tƒ ãAqߧ9$# tûïÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä ¼çmyètB 4ÓtLtB çŽóÇnS «!$# 3 Iwr& ¨bÎ) uŽóÇnS «!$# Ò=ƒÌs% ÇËÊÍÈ   

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al Baqarah: 214)

Dan Allah itu sendiri amatlah dekat dengan kita, karena Allah sendiri yang membeti pernyataan ini dala Firman-Nya:
 ( ß`øtwUur Ü>tø%r& Ïmøs9Î) ô`ÏB È@ö7ym σÍuqø9$# ÇÊÏÈ   

dan Aku lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (Qaf:16)

Dengan kedekatan-Nya dengan kita dan ketaqwaan kita kepada-Nya maka pertolongan berupa petunjuk yang lurus pasti akan diberikannya kepada kita.

$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) (#qà)­Gs? ©!$# @yèøgs öNä3©9 $ZR$s%öèù öÏeÿs3ãƒur öNà6Ztã öNä3Ï?$t«Íhy öÏÿøótƒur öNä3s9 3 ª!$#ur rèŒ È@ôÒxÿø9$# ÉOŠÏàyèø9$# ÇËÒÈ   

Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Akui akan memberikan kepadamu Furqan*]. Dan Akui akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al Anfal:29)

*]. Furqan disini berarti petunjuk yang dapat membedakan antara yang haq dan yang batil, dapat juga diartikan disini sebagai pertolongan.

Perintah memohon hanya kepada Allah telah disampaikan kepada kaum terdahulu, antara lain kepada umatnya nabi Musa , dalam ayat berikut ini:

tA$s% 4ÓyqãB ÏmÏBöqs)Ï9 (#qãYÏètGó$# «!$$Î/ (#ÿrçŽÉ9ô¹$#ur ( žcÎ) uÚöF{$# ¬! $ygèOÍqム`tB âä!$t±o ô`ÏB ¾ÍnÏŠ$t6Ïã ( èpt7É)»yèø9$#ur šúüÉ)­FßJù=Ï9 ÇÊËÑÈ   

Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (Al Araf: 128)

Maka segala permohonan untuk pertolongan dari Allah pasti dipenuhinya, dan hanya pertolongan dari Allah adalah sebenar-benarnya pertolongan yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya:

Karena pertolongan Allah. Allah menolong siapa yang dikehendakiNya.

ÎŽóÇuZÎ/ «!$# 4 çŽÝÇZtƒ ÆtB âä!$t±o ( uqèdur âƒÍyèø9$# ÞOŠÏm§9$# ÇÎÈ   

Dan Allah Maha Perkasa lagi Penyayang. (Ar Rum: 5)

Akhirnya, janganlah kita meminta pertolongan kepadan selain Allah:

Ÿwur (#þqãZx.ös? n<Î) tûïÏ%©!$# (#qßJn=sß ãNä3¡¡yJtGsù â$¨Y9$# $tBur Nà6s9 `ÏiB Èbrߊ «!$# ô`ÏB uä!$uŠÏ9÷rr& ¢OèO Ÿw šcrçŽ|ÇZè? ÇÊÊÌÈ   

Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim] yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.(Hud:113)

Oleh karena itu ikrar

dan hanya kepada Allah kami meminta pertolongan.

Insya Allah kita ucapkan paling tidak 17 kali dalam sehari-semala.

Bahkan bukan itu saja, ikrar kita yang selalu kita ucapkan sebelum shalat adalah memperkuat ayat kelima Al Fatihah, yaitu:

ö@è% ¨bÎ) ÎAŸx|¹ Å5Ý¡èSur y$uøtxCur ÎA$yJtBur ¬! Éb>u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊÏËÈ   

Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabbil ‘alamin. (Al An’am:162)

Di bagian akhir surat Al Fatihah disebutkan permohonan hamba supaya diberi petunjuk oleh Allah kejalan yang lurus, yang cukup sempurna sebagai pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu. Untuk itu ikutilah bahasan saya berikutnya yang berjudul ”Golongan Al Mun’am Alaihim”.

Kesimpulan penting bagi kita menyimak dan menjabarkan ayat di atas pada kehidupan sehari-hari adalah; JANGANLAH MEMINTA UPAH DAHULU, SEBELUM KITA BEKERJA. JANGANLAH BEKERJA SESUATU ITU HANYA DIKARENAKAN AKAN ADA UPAH, TETAPI KALAU KITA BEKERJA DENGAN BAIK, INSYA ALLAH UPAH ITU DENGAN SENDIRINYA AKAN DATANG.

Semoga bermanfaat.

Barokallahu li walakum bil ayati, Waladdikril hakim.

Wataqabbala minni waminkum tilawat(i), Innahu huwas-samiul alim.

Ki H Ihwan Natapradja   




No comments:

Post a Comment